Makalah Kerajaan Demak Dan Pajang,..Lengkap
BAB 1 Pendahuluan
Latar Belakang
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Islam lahir di Jazirah Arab. Islam berkembang sampai
ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat, sekitar abad
ke-7 hingga abad ke-8. Islam diterima dengan baik dan berkembang dengan pesat
di Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang di Indonesia :
1. Syarat masuk
Islam mudah
2. Islam bersifat
terbuka
3. Tidak mengenal
sistem kasta
4. Disebarkan
secara damai
5. upacara
sedehana dan biaya murah
6. Runtuhnya
kerajaan majapahit
Di pulau Jawa,
ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal sebagai Wali Sanga (wali
sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:
1. Sebagai penyebar agama Islam
2. Pendukung berdirinya kerajaan Islam
3. Penasehat Raja
4. pendukung berkembangnya kebudayaan daerah yang disesuaikan
dengan Islam.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah apa saja kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang di
Indonesia dan bagaimana pemerintahannya.
BAB II Pembahasan
11)
Kerajaan Demak
A.
Awal
Berdirinya Kerajaan
Demak
Kerajaan Islam
yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini
didasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala:
Sirna hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak itu didirikan oleh Raden
Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali dan saudagar
Islam. Raden
Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera
raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah dilahirkan di
Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka Raden Fatah dididik secara
Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama Islam.
Setelah usia 20
tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan
Raden Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah
menetap di Demak (Bintoro).
Pada
kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah gurunya dengan
jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas
yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama
kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi
pusat ilmu pengetahuan dan agama,
tetapi kemudian menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat
kerajaan Islam pertama di Jawa. Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya
kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro
Demak.
B.)Raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Demak
Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur,
banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri.
Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah
kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam
pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah
sebagai berikut :
1.
Raden
Fatah ( 1500- 1518)
Menurut cerita rakyat
Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari kerajaan
Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat menjadi
bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden
Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya, kerajaan
Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas
sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan
Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka,
Maluku dan Samudera Pasai.
Kerajaan
Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam.
Jasa para Wali dalam penyebaran agama islam sangatlah besar, baik di pulau Jawa
maupun di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang
dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh
seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Parangan.
Pada masa
pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses pembangunan masjid
itu di bantu oleh para wali atau sunan.
Raden
Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan
memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak.
Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.[6]
Ketika
kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka
terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas
perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M Raden Fatah memerintahkan Adipati
Unu memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu
belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya
lengkap. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukanPangeran Sabrang Lor.
2. Adipati Unus ( 1518- 1521)
Setelah
Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak
begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak
meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis
di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh
saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
Sejak
tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang
Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak
mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju
Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang
lor dihujani meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan
Mahmud, yaitu sultan Abdullah raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada
tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau Adipati Unus. Tetapi kembali gagal,
padahal kapal telah direnofasi dan menyesuaikan medan.
Selain
itu, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan
kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya
menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus)
wafat pada tahun 938 H/1521 M.
3. Sultan Trenggana ( 1521- 1546)
Sulltan
Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya,
kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas
daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan
Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah.
Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan
antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh
armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa
yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari
jadi kota Jakarta.
Dalam
usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri
pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin,
Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M
Sultan Trenggana gugur.[8] Usahanya
untuk memasukan kota pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan
ternyata gagal. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42
tahun.[9]
Di
masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam
seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia
berhasil mengalahkan Majapahit.
4. Sunan Prawata (1546- 1549)
Sunan Prawata adalah nama lahirnya ( Raden Mukmin)
adalah seorang raja keempat kesultanan demak, yang memerintah tahun 1546- 1549.
Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik.
C.) Penyerangan Perang Saudara Di Demak
Perang saudara ini berawal
dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra
mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden
Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen
(Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan menyuruh
anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya sultan
Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada
masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan
dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari
pemerintahannya adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon.
Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi
kesultanan pajang.
Sultan Trenggana
meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan
menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto,
anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang
keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima
perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran
Timur. Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas
kematian dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan
kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak
dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah
wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik
tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya Penangsang langsung menggerakan
pasukannya untuk menyerang Demak. Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya
sedang dikirim ke Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi
hanguskan Demak. Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam
pertempuran ini tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih bisa
dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan
Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi
yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir
adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah
Surakarta.
Dalam babad tanah jawi,
Arya Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat,
sehingga tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari
pangeran kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya
Penangsang, maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah
sekiranya tutur kata dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka
Tingkir menyanggupinya, karena beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat
dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng
Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki
Ageng Panjawi mendapatkan hadiah tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat
tanah mataram.
D.) Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI
Kerajaan
Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja Demak merasa sebagai
raja Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan
lagi bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan
Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya
“kunjungan menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun,
juga bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan
melakukan “kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan
kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan
para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja Demak menjadi
raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain baginya.
Bahwa
banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah diambil alih oleh
Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali dari
kesusastraan Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya
bangunan militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI, selain
karena keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi
kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan
penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam pertama di Jawa
dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan sesudahnya.
Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat berhubungan dengan pusat
Islam Internasional di luar negeri.
Bagian-bagian
penting peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang orang, wayang
topeng, gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad
XVII oleh hikayat Jawa dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup
sezaman dengan kesultanan Demak. Kesenian
tersebut telah mendapat kedudukan penting dalam peradaban Jawa sebelum Islam,
kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan
daerah jawa tata cara kafir harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni
seperti wayang dan gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu
menjadi “sekuler”.
Perekembangan
sastra Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga mendapat pengaruh dari
proses sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu keramat dan sejarah suci
dari zaman kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai
utara dan pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak
semata-mata bersifat Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan
jelas menunjukkan hubungan dengan meluasnya agama Islam.
E. ) Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah
wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton
Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara
para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan
Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh
Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto
dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik
tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di
kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya
dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya
serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.[12]
Sultan
Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada
orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai
Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di
Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.
Sutawijaya,
putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam
menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai
Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun
1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat
menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri,
putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan
itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya
lemah, tidak mamapu mengendalikan pemerintahan, apalagi menghadapi musuh-musuh
dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Pajang kepada
saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah
menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.
F. ) Kehidupan Perekonomian
dan social budaya di Demak
berkembang
ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara
maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun
upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan
pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai
pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber
penghasilan pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan
penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil
bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas
yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke
Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat
berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak
menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil
rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa
para pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping
faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.
Kehidupan Sosial-budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan
Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan
tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.
Hasil kebudayaan Kerajaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang
cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung
Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga
memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan.
Selain Masjid Agung Demak, Sunan
Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga meletakkan dasar-dasar perayaan
Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga
untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi
tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.
2.) Kerajaan Pajang
A.)
Perkembangan kerajaan pajang
Pada awal berdirinya atau pada tahun
1549, bahwa wilayah Pajang yang terkait eksistensi Demak pada masa sebelumnya,
hanya meliputi sebagian Jawa Tengah.
Hal ini disebabkan karena negeri-negeri Jawa Timur
banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggana.
Pada tahun 1568 Hadiwijaya dan para
adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton
oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan
itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur.
Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin
persekutuan adipati Jawa Timur) dinikahkan dengan
puteri Hadiwijaya.
Negeri kuat lainnya, yaitu Madura
juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah
Dhuwur juga diambil sebagai menantu
Hadiwijaya.
B.) Peran Wali Songo dikerajaan pajang
Pada zaman Kerajaan Demak, majelis
ulama Wali Songo memiliki peran
penting, bahkan ikut mendirikan kerajaan tersebut. Majelis ini bersidang secara
rutin selama periode tertentu dan ikut menentukan kebijakan politik Demak.
Sepeninggal Trenggana, peran Wali Songo
ikut memudar. Sunan Kudus bahkan terlibat
pembunuhan terhadap Sultan Prawoto,
raja baru pengganti Trenggana.
Meskipun tidak lagi bersidang secara
aktif, sedikit banyak para wali masih berperan dalam pengambilan kebijakan
politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen
bertindak sebagai pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Ia juga menjadi mediator
pertemuan Hadiwijaya dengan para adipati Jawa Timur
tahun 1568. Sementara itu, Sunan Kalijaga
juga pernah membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada
Hadiwijaya atas tanah Mataram
sebagai hadiah sayembara menumpas Arya Penangsang.
Wali lain yang masih berperan menurut
naskah babad adalah Sunan Kudus.
Sepeninggal Hadiwijaya tahun 1582, ia berhasil menyingkirkan Pangeran Benawa
dari jabatan putra mahkota, dan menggantinya
dengan Arya Pangiri.
Dimungkinkan bahwa yang dimaksud dengan
Sunan Kudus
dalam naskah babad adalah Panembahan Kudus, yang mana Sunan Kudus
sejatinya telah meninggal tahun 1550.
C.) Pemberontakan Mataram
Tanah Mataram
dan Pati
adalah dua hadiah Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu menumpas Arya Penangsang
tahun 1549. Menurut laporan resmi peperangan, Arya Penangsang
tewas dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi.
Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati
sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan
hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga.
Hal ini disebabkan karena Hadiwijaya mendengar ramalan Sunan Prapen
bahwa di Mataram
akan lahir kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang.
Ramalan tersebut menjadi kenyataan
ketika Mataram
dipimpin Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575.
Tokoh Sutawijaya inilah yang
sebenarnya membunuh Arya Penangsang.
Daerah Mataram
di bawah pimpinan Sutawijaya semakin hari semakin maju dan berkembang.
Pada tahun 1582 meletus perang Pajang
dan Mataram
disebabkan Sutawijaya membela adik
iparnya, yaitu Tumenggung Mayang terkait hukum buang ke Semarang
oleh Hadiwijaya kepada sang tumenggung. Perang tersebut dimenangkan pihak Mataram,
meskipun pasukan Pajang berjumlah lebih besar.
D).
Keruntuhan Kerajaan Pajang
Sepeninggal Hadiwijaya, terjadilah
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa
dan Arya Pangiri sebagai raja
selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan
Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri
hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan akibat kemelut tersebut. Hal itu membuat Pangeran Benawa
yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada tahun 1586 Pangeran Benawa
bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya
memerangi Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa
tetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram
dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri.
Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak.
Pangeran Benawa kemudian menjadi
raja Pajang yang ketiga.
Pemerintahan Pangeran Benawa
berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga
Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.
Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning atau adik Sutawijaya.
Sutawijaya sendiri mendirikan Kerajaan Mataram,
di mana ia sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati.
E) Raja- Raja Kerajaan Pajang
jaka tingkir
bergelar Sultan Hadiwijaya (1568 – 1582). Gelar itu disahkan oleh sunan Giri,
dan segera mendapat pengakuan dari para adipati di jawa tengah dan jawa timur.
Sebagai langkah pertama peneguhan kekuasaan, hadiwijaya memerintahkan agar
semua benda pusaka demak dipindahkan ke Pajang. Setelah itu, ia menjadi salah
satu raja yang paling berpengaruh di Jawa.
Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah madiun, di aliran anak bengawan Solo yang terbesar. Tahun 1554, Blora, dekat Jipang, diduduki pula. Kediri ditundukannya pada tahun 1577. tahun 1581, sesudah usia sultan Hadiwijaya melampaui setengah baya, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan islam dari raja-raja terpenting di jawa timur.
Meskipun sultan hadiwijaya sangat berpengaruh dan kuat, akan tetapi pajang tidak mampu memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah lautan. Bahkan madura pun tidak masuk dalam wilayah kekuasaan pajang. Mungkin, ini merupakan salah satu akibat posisi pajang yang berada terlalu masuk ke pedalaman jawa.
Meskipun perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara maksimal, selama pemerintahan hadiwijaya, bidang kesusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laut dikenal di pedalaman jawa. Pengaruh islam yang kaut di daerah pesisir pun menjalar dan tersebar ke pedalaman.
Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya di jawa pedalaman ke arah timur sampai daerah madiun, di aliran anak bengawan Solo yang terbesar. Tahun 1554, Blora, dekat Jipang, diduduki pula. Kediri ditundukannya pada tahun 1577. tahun 1581, sesudah usia sultan Hadiwijaya melampaui setengah baya, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai sultan islam dari raja-raja terpenting di jawa timur.
Meskipun sultan hadiwijaya sangat berpengaruh dan kuat, akan tetapi pajang tidak mampu memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah lautan. Bahkan madura pun tidak masuk dalam wilayah kekuasaan pajang. Mungkin, ini merupakan salah satu akibat posisi pajang yang berada terlalu masuk ke pedalaman jawa.
Meskipun perluasan wilayah tidak dapat dijalankan secara maksimal, selama pemerintahan hadiwijaya, bidang kesusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laut dikenal di pedalaman jawa. Pengaruh islam yang kaut di daerah pesisir pun menjalar dan tersebar ke pedalaman.
Hadiwijaya
meninggal dunia pada tahun 1587. jenazahnya dimakamkan di Butuh, suatu daerah
sebelah barat taman keraton pajang. Ia digantikan oleh menantunya, Arya
Pangiri, anak Sunan Prawoto. Sebelum diangkat ke tahta pajang, Arya Pangiri
adalah penguasa demak. Sementara itu, anak sultan Hadiwijaya, pangeran Benawa,
disingkirkan oleh Arya Pangiri, dan dijadikan Adipati Jipang.
Pangeran Benawa lantas meminta bantuan danang Sutawijaya penguasa mataram, untuk menggulingkan Arya Pangiri. Mereka berhasil dan pangeran Benawa naik ke singgasana pajang. Meski demikian, benawa mengakhiri kekuasaannya dengan mengundurkan diri dari tahta, lalu memilih hidup mengabdi untuk agama.
Selanjutnya, kesultanan pajang kalah pamor terhadap kekuasaan Mataram. Sebagai pengganti pengeran benawa, raja mataram mengangkat Gagak bening. Namun, posisinya hanyalah sebagai adipati Pajang. Sayang, usianya tidak panjang. Ia meninggal pada tahun 1591. akhirnya, raja mataram mengangkat putra pangeran benawa sebagai adipati pajang. Riwayat kerajaan pajang bearkhi di tahun 1618.
Pangeran Benawa lantas meminta bantuan danang Sutawijaya penguasa mataram, untuk menggulingkan Arya Pangiri. Mereka berhasil dan pangeran Benawa naik ke singgasana pajang. Meski demikian, benawa mengakhiri kekuasaannya dengan mengundurkan diri dari tahta, lalu memilih hidup mengabdi untuk agama.
Selanjutnya, kesultanan pajang kalah pamor terhadap kekuasaan Mataram. Sebagai pengganti pengeran benawa, raja mataram mengangkat Gagak bening. Namun, posisinya hanyalah sebagai adipati Pajang. Sayang, usianya tidak panjang. Ia meninggal pada tahun 1591. akhirnya, raja mataram mengangkat putra pangeran benawa sebagai adipati pajang. Riwayat kerajaan pajang bearkhi di tahun 1618.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia kira-kira sejak abad
ke-7. Kerajaan-Kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia antara lain:
Kerajaan Perlak, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak,
Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan Cirebon, Kerajaan
Goa-Tallo, Kerajaan Ternate dan Tidore. Islam berkembang pesat di Indonesia
dibuktikan dengan Agama Islam merupakan agama yang mendominasi wilayah
Indonesia. Selain itu sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
termasuk dalam sistem pemerintahan monarki, karena para penguasa masih ada
ikatan keturunan.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun
referensi pengetahuan mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak
hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah ini.
terima kasih banyak kak. sangat membantu banget :)
ReplyDeleteThank you so much 🙏🙏🙏🙏
ReplyDelete